14 Mei 2009

Daftar Tilik Pencabutan Implant

SKALA PENILAIAN
0 Gagal : Bila langkah klinik tidak dilakukan
1 Kurang : Langkah klinik dilakukan tetapi tidak mampu mendemonstrasikan sesuai prosedur
2 Cukup : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang terampil atau kurang cekatan dalam mendemonstrasikan dan waktu yang diperlukan relatif lebih lama menyelesaikan suatu tugas
3 Baik : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang percaya diri, kadang-kadang tampak cemas dan memerlukan waktu yang dapat dipertanggungjawabkan
4 Sangat Baik / Mahir : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan tepat sesuai dengan tehnik prosedur dalam lingkup kebidanan dan waktu efisien

NO KOMPONEN PENILAIAN
  0 1 2 3 4
PERSIAPAN
1 Persiapan Alat
 Meja periksa untuk tempat tidur klien
 Penyangga lengan atau meja samping
 Sabun untuk mencuci tangan
 Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering
 Tiga mangkok steril atau DTT
 Sepasang sarung tangan steril/DTT
 Larutan antiseptik
 Anastesi lokal
 Tabung suntik (5 atau 10 ml) dan jarum suntik dengan panjang 2,5-4 cm (nomor 22)
 Skalpel No. 11
 Klem lengkung dan lurus (mosquito dan Crile)
 Band aid atau kasa steril dengan plester
 Kassa pembalut
 Epinefrin untuk syok anafilaktik (harus tersedia untuk keadaan darurat)  

2 Persipan Klien

a. Persilahkan klien untuk mencuci seluruh lengan dan tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
b. Tutup tempat tidur klien dengan kain bersih yang kering.
c. Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan (lengan yang terpasang implant).
d. Raba keenam kapsul untuk menentukan lokasinya.
e. Pastikan posisi dari setiap kapsul dengan membuat tanda pada kedua ujung setiap kapsul dengan menggunakan spidol.

f. Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di dalamnya.  


3 Tindakan Sebelum Pencabutan
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
b. Pakai sarung tangan steril atau DTT
c. Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai
d. Usap tempat pencabutan dengan kasa berantiseptik, gunakan klem steril atau DTT untuk memegang kasa tersebut
e. Gunakan doek bolong untuk menutupi lengan
f. Sekali lagi raba seluruh kapsul untuk menentukan lokasinya.

g. Setelah memastikan klien tidak alergi terhadap obat anastesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anastesi.  

TINDAKAN PENCABUTAN KAPSUL
1. Metode Standar
a. Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua kapsul (dekat siku), kira-kira 5 mm dari ujubawah kapsul.
b. Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi mellintang yang kecil ± 4 mm dengan menggunakan scalpel
c. Mulai mencabut kapsul yang mudah diraba daru luar atau yang terdekat luka insisi
d. Dorong ujung kapsul kea rah insisi dengan jari tangn sampai ujung kapsul tampak pada luka insisi
e. Masukkan klem lengkung melalui luka insisi lengkungan jepitan mengarah ke kulit.
f. Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi dengan lengkungan jepitan mengarah ke kulit, teruskan sampai berada di bawah ujung kapsul dekat siku.
g. Dorong ujungkapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi.
h. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul.
i. Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem kedua

j. Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut.  

2 Metode Pencabutan Teknik “U”
a. Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 3 dan 4 ±5 mm dari ujung kapsul dekat siku.
b. Buat insisi kecil (4 mm) memanjang sejajar di antara sumbu panjang kapsul dengan menggunakan scalpel.
c. Masukkan ujung klem pemegang implant secara hati-hati melalui luka insisi
d. Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul
e. Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka klem dan jepit kapsul dengan sudut yang tepat pada sumbu panjang kapsul ±5 mm di atas ujung bawah kapsul.
f. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggosok-gosok menggunakan kasa steril
g. Gunakan klem lengkung untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar
h. Lepaskan pemegang norplant dan cabut kapsul dengan pelan-pelan dan hati-hati.
i. Taruh kapsul yang telah dicabut dalam mangkok kecil yang berisi klorin 0,5% untuk dekontaminasi sebelum dibuang.

j. Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah dicabut.  

3 Metode Pencabutan Teknik “Pop Out”
a. Raba ujung-ujung kapsul di daerah dekat siku untuk memilih salahg satu kapsul yang lokasinya terletak di tengah-tengah dan mempunyai jarak yang sama dengan ujung kapsul lainnya.
b. Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya pada ujung bagian bawah kapsul untuk membuat ujung kapsul tersebut tepat beradda di bawah tempat insisi.
c. Masukkan ujung tajam scalpel ke dalam luka insisi sampai terasa menyentuh ujung kapsul.
d. Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong tadi dengan kedua ibu jari sehingga ujung bawah kapsul terpapar keluar.

e. Tekan sedikit ujung kapsul (dekat bahu) sehingga kapsul muncul (Pop Out) pada luka insisi dan dengan mudah dapat dipegang dan dicabut.

TINDAKAN PASCA PENCABUTAN
4 Menuutup luka insisi
a. Bila klien tidak ingin menggunakan implant lagi, bersihkan tempat insisi dan sekitarnya dengan menggunakan kasa berantiseptik.
b. Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan band aid .  
5 Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi  
6 Rendam seluruh peralatan yang sudah terpakai dengan larutan chlorin 0,5% selama 10 menit  
7 Cuci tangan dengan larutan chlorin 0,5% kemudian lepaskan sarung tangan dalam posisi terbalik  

KONSELING PASCA TINDAKAN

8 Lengkapi rekam medik  
9 Beritahu klien mungkin akan timbul memar, pembengkakan dan kulit kemerahan pada daerah pencabutan selama beberapa hari, keadaan ini normal.  
10 Berikan petunjuk pada klien tentang perawatan luka insisi di rumah  
11 Klien tetap segera melakukan pekerjaan rutin.  
11 Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera kembali ke klinik  
12 Yakinkan bahwa klien dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan konsultasi  
 13 Beritahu klien bahwa jaringan ikat di lengan mungkin masih tetap terasa dan akan menghilang setelah beberapa bulan kemudian.  

Daftar Tilik Pemasangan Implant

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLANT

SKALA PENILAIAN
0 Gagal : Bila langkah klinik tidak dilakukan
1 Kurang : Langkah klinik dilakukan tetapi tidak mampu mendemonstrasikan sesuai prosedur
2 Cukup : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang terampil atau kurang cekatan dalam mendemonstrasikan dan waktu yang diperlukan relatif lebih lama menyelesaikan suatu tugas
3 Baik : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang percaya diri, kadang-kadang tampak cemas dan memerlukan waktu yang dapat dipertanggungjawabkan
4 Sangat Baik / Mahir : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan tepat sesuai dengan tehnik prosedur dalam lingkup kebidanan dan waktu efisien

NO KOMPONEN PENILAIAN
  0 1 2 3 4
PERSIAPAN PENJAHITAN
1 Persiapan Alat
a. Tensi
b. Stethoscope
c. Tempat tidur periksa
d. Alat penyangga lengan (tambahan)
e. Perlak dan pengalas
f. Pola
g. Bak instrumen yang berisi:
- 1 pasang hand schoen steril tanpa bedak
- Kasa steril/doek
- Kom steril
h. Batang Norplant (6 buah) dalam kantong
i. Kom berisi cairan betadin
j. Anastesi lokal konsentrasi 1%
k. Semprit 5 cc dan jarum no. 22
l. Trokar no.10
m. Skapel no. 11/15
n. Plaster/band aid
o. Klem penjepit
p. Pinset
q. Bengkok
r. Larutan chlorin 0,5%

s. Sabun dan handuk tangan  

2. Persiapan pasien
a. Pastikan klien benar-benar memilih metode kontrasepsi implant sebagai pilihannya
b. Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan
c. Mempersilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan bila kurang mengerti
d. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada langkah-langkah berikut
e. Meminta klien untuk mencuci daerah yang akan dipasang implant  

MEKANISME KERJA

3 Memberi salam dengan klien dan sapa dengan ramah dan hangat  

4 Dekatkan alat-alat dekat pasien

a. Alat-alat untuk pemeriksaan fisik dan pemasangan implant
b. Siapkan ruangan dengan cahaya yang cukup  

 5 Pasang sampiran  

6 Cuci tangan
(Dibawah air mengalir dengan sabun dan keringkan dengan handuk)  

7 Timbang berat badan klien  

8 Ukur tekanan darah  

9 Lakukan pemeriksaan payudara
(Ajari klien memeriksa payudara sendiri)  
10 Pasang penyangga lengan  

11 Letakkan perlak dan alas perlak pada bagian bawah lengan  

12 Tentukan tempat pemasangan yang optimal

a. 8 cm dari atas lipatan siku

b. Gunakan pola dan spidol untuk menandai tempat insisi  

13 Siapkan batang implant

a. Buka bungkus steril tanpa menyentuhnya
b. Letakkan pada kom steril  

PEMASANGAN IMPLANT

14 Atur alat dan bahan sehingga mudah dicapai  
15 Pakai sarung tangan steril  
16 Hitung jumlah kapsul untuk memastikan jumlahnya  
17 Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptic  
18 Pasang doek bolong steril  
19 Pastikan klien tidak alergi terhadap anastesi  

20 Lakukan anastesi lokal

a. Masukkan jarum tempat dibawah kulit pada tempat insisi
b. Pastikan tu=idak masik ke dalam pembuluh darah
c. Tanpa memindahkan jarum masukkan ke bawah kulit sekitar 4 cm
d. Suntikkan masing-masing 1 cc diantara pemasangan 1&2, 3&4, 5&6  

21 Uji efek anastesinya  

22 Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan skapel
   
23 Sambil mengungkit kulit, tusuk trokar dan pendorongnya sampai batas tanda 1 dekat pangkal trokar  
24 Tarik pendorong keluar  
25 Masukkan kapsul implant ke dalam trokar dengan tangan atau dengan pinset  
26 Masukkan kembali pendorong dan dorong sampai ada tahanan  
27 Tarik trokar dan pendorongnya bersama-sama sampai batas ujung trokar
(ujung trokar harus tetap berada di bawah kulit)  
28 Fiksasi ujung kapsul implant yang telah dipasang  
29 Arahkan ujung trokar untuk memasang kapsul berikutnya sesuai dengan pola  
30 Cabut trokar setelah kapsul terajhir dipasang  
31 Raba kapsul untuk mengetahui enam kapsul implant telah terpasang dengan deretan seperti kipas  
32 Periksa daerah insisi untuk mengatahui seluruh kapsul berada jauh dari insisi  
33 Dekatkan ujung-ujung insisi  
34 Pasang plester/band aid pada luka insisi  

TINDAKAN PASCA PEMASANGAN

35 Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi  
36 Rendam seluruh peralatan yang sudah terpakai dengan larutan chlorin 0,5% selama 10 menit  
37 Cuci tangan dengan larutan chlorin 0,5% kemudian lepaskan sarung tangan dalam posisi terbalik  
KONSELING PASCA TINDAKAN
38 Lengkapi rekam medik  
39 Minta klien menunggu di klinik selama 15-20 menit setelah pemasangan  
40 Berikan petunjuk pada klien tentang perawatan luka insisi di rumah  
41 Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera kembali ke klinik  
42 Yakinkan bahwa klien dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan konsultasi  

Catatan:

Hand Out Implant

HAND OUT
KONTRASEPSI PROGESTIN

IMPLANT

A. Pengertian
Implant (subdermal) merupakan Alat kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) yang mengandung hormone progesterone.

B. Jenis-jenis Norplant
Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonorrgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

   



1. Implanon
Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

   

2. Jedena atau Indoplant
Jedena atau indoplant terdiri dari 2 batanng yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

 

C. Cara Kerja
1. Lendir serviks menjadi kental.
2. Mengganggunproses pem,benmtukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
3. Mengurangi transportasi sperma.
4. Menekan ovulasi.
D. Manfaat
1. Kontrasepsi
 Daya guna tinggi.
 Perlindungan jangka panjang.
 Pengembalian tingkat kesuburan setelah pencabutan.
 Bebas dari pengaruh estrogen.
 Tidak mengganggu kegiatan senggama.
 Tidak mengganggu ASI.
 Datpat dicabut setiap saat.
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

2. Nonkontrasepsi
 Mengurangi nyeri haid.
 Mengurangi jumlah darfah haid.
 Mengurangi/memperbaiki anemia.
 Mengurangi terjadinya kanker endometrium.
 Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
 Melindungi diri dari beberapa penyebab radang panggul.
 Menurunkan angka kejadian endometrium.

E. Keterbatasan
1. Perubahan pola haid
2. Timbulnya keluhan seperti sakit kepala, nyeri payudara, mual.
3. Tidak memberikan efek protektif terhadap HIV/AIDS.
4. Membutuhkan pembedahan minor.

F. Yang Boleh Menggunakan Implant
1. Usia reproduksi.
2. Telah memiliki anak/belum
3. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
4. Pasca persalinan &pasca keguguran.
5. Riwayat kehamilan ektopik.
6. Tidak boleh menggunakan kontrsepsi hormonal yang mengandung estrogen.
7. sering lupa minum pil.

G. Yang tidak Boleh Menggunakan Implant
1. Hamil atau di duga hamil.
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3. Benjolan/kanker payudara.
4. Mioma uterus atau kanker payudara.
5. Gangguan toleransi glukosa.

H. Waktu Mulai Menggunakan implant
1. Setiap saat selama siklus haid hari ke 2 sampai hari ke 7.
2. Bila klien tidak haid, insersi bias dilakukan setiap saat.
3. Pasca keguguran.

I. Peemasangan Implant
1. Persiapan
a. Persiapan Alat
 Tensi
 Stethoscope
 Tempat tidur periksa
 Alat penyangga lengan (tambahan)
 Perlak dan pengalas
 Pola
 Bak instrumen yang berisi:
- 1 pasang hand schoen steril tanpa bedak
- Kasa steril/doek
- Kom steril
 Batang Norplant (6 buah) dalam kantong
 Kom berisi cairan betadin
 Anastesi lokal konsentrasi 1%
 Semprit 5 cc dan jarum no. 22
 Trokar no.10
 Skapel no. 11/15
 Plaster/band aid
 Klem penjepit
 Pinset
 Bengkok
 Larutan chlorin 0,5%
 Sabun dan handuk tangan

b. Persiapan Pasien
 Pastikan klien benar-benar memilih metode kontrasepsi implant sebagai pilihannya
 Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan
 Mempersilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan bila kurang mengerti
 Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada langkah-langkah berikut
 Meminta klien untuk mencuci daerah yang akan dipasang implant

2. Kunci Keberhasilan Pemasangan
a. Untuk pemasangan, pilihlah lengan klien yang jarang digunakan.
b. Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan.
c. Pastikan kapsul-kapsul tersebut ditempatkan sedikitnya 8 cm di atas lipat siku.
d. Insisi pemasangan harus kecil.
e. Memasukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil.
f. Pastika kapsul benar-benar keluar dari trokar.
g. Setelah pemasangan kapsul, bila sebuah ujung kapsul menonjol keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi harus dicabut dengan hati-hati.
h. Kapsul pertama dan ke enam harus membentuk sudut 750.
i. Gambar tempat kapsul tersebut sebelum pemasangan.
3. Persiapan Pemasangan
a. Langkah 1: persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air mengalir. Pastikan tidak terdapat sisa sabun setelah membilasnya.
b. Langkah 2: tutup tempat tidur klien.
c. Langkah 3: persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan diletakkan diatas meja/penyangga.
d. Langkah 4: tentukan tempat pemasangan yang optimal yaitu 8 cm dari lipatan siku, gunakan pola dan spidol untuk menandai tempat insisi.
e. Langkah 5: siapkan alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat yang di dalamnya.
f. Langkah 6: bula dengan hati-hati kemasan steril implant dan jatuhkan seluruhnya ke dalam mangkok steril.

4. Tindakan Sebelum Pemasangan
a. Langkah 1: cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
b. Langkah 2: pakai sarung tangan steril atau DTT tanpa bedak.
c. Langkah 3: Atur alat-alat dan bahan-bahan sehingga mudah mencapainya, hitung kapsul untuk memastikan jumlahnya.
d. Langkah 4: Persiapkan tepat insisi dengan larutan antiseptic, gunakan klem steril atau DTT untuk memegang kasa berantiseptik. Mulai mengusai dari tempat yang akan dilakukan insisi kea rah luar dengan gerakan melingkar dan biarkan kering sekitar 2 menit.
e. Langkah 5: gunakan doek yang mempunyai lubang untuk menutupi lengan.
f. Langkah 6: setelah memastikan dari anamnesis tidak ada alergi terhadap obat anastesi, maka isi alat suntik dengan 3 ml obat anastesi (1% tanpa epinefrin).
g. Langkah 7: Masukkan jarum tepat di bawah kulitpada tempat insisi, kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak kena pembuluh darah. Suntikkan sedikit obat untuk membuat gelembung kecil pada kulit, kemudian tanpa memindahkan jarum masukkan ke bawah kulit (subdermis) sekitar 4 cm.

5. Pemasangan Kapsul
a. Langkah 1: pasang skapel dengan sudut 450, buat insisi dangkal hanya untuk sekedar menembus kulit.
b. Langkah 2; masukkan tokar ke bawah kulit sebelum memasukkan setiap kapsul sampai batas angka 1, dan pada angka 2 batas trokar agar tetap berada di bawah kulit untuk pemasangan kapsul berikutnya.
c. Langkah 3: dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong di dalamnya masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil, mulai dari kiri atau kanan pada pola kipas.
d. Langkah 4: untuk meletakkan kapsul di bawah kulit, angkat trokar ke atas sehingga kulit terangkat.
e. Langkah 5: saat trokar masuk sampai tanda 2 cabut pendorong trokar.
f. Langkah 6: masukkan kapsul ke dalam trokar, dorong kapsul sampai seluruhnya masuk kedalam trokar dan masukkan kembali pendorong.
g. Langkah 7: gunakan pendorong untuk mendorong kapsul kea rah ujung trokar sampai ada terasa tahanan.
h. Langkah 8: pegang prndorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangan untuk menstabilkan. Tarik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kea rah luka insisi sampai angka 2 muncul di tepi luka insisi.
i. Langkah 9: saat pangkal trokar menyentuk pegangan pendorong, angka 2 harus terlihat di tepi luka insisi dan kapsul saat itu kelluar dari trokar tepat berada di bawah kulit.
j. Langkah 10: tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar kea rah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula.
k. Langkah 11: pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi atau ekspulsi, pastikan ujung kapsul terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
l. Langkah 12: saat memasang keenam kapsul satu demmi satu, jangan mencabut trokar dari luka insisi.
m. Langkah 13: sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan keenam kapsul semuanya telah terpasang.
n. Langkah 14: ujung dari semua kapsul harus tidak ada pada tepi luka insisi (sekitar 5 mm). bila sebuah kapsul keluarnatau terlallu dekat dengan luka insisi, harus dicabut secara hati-hato.
o. Langkah 15: setel;ah ke 6 kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa, cabut trokar pelan-pelan.

 

6. Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
a. Menutup luka insisi dengan menggunakan band aid, luka insisi tidak perlu dijahit karena dapat menimbulkan jaringan parut.
b. Perawatan klien: buat catatan rekam medik dan amati kemungkinan adanya perdarahan selama 15-20 menit.


7. Petunjuk Perawatan Luka Insisi Di Rumah
a. Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah insisi selama nenerapa hari. Hal ini normal.
b. Jaga luka insisi tetap kering.
c. Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam.
d. Klien dapat segera bekerja secara rutin.
e. Data luka insisi sembuh, daerah tersbut dapat disentuh dan dibersihkan dengan tekanan normal.
f. Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera kembali ke klinik.

8. Bila Terjadi Infeksi
a. Obati dengan pengobatan yang sesuai untuk infeksi local.
b. Bila terjadi abses cabut semua kapsul.

J. Pencabutan Implant
Pencabutan untuk implant norplant, jedena indoplant maupun implanon sama hanya berbeda dengan jumlah kapsul yang terpasang. Metode standard dengan menggunakan klem mosquito atau Crile.
1. Persiapan
a. Persiapan Alat
 Tensi
 Stethoscope
 Tempat tidur periksa
 Alat penyangga lengan (tambahan)
 Perlak dan pengalas
 Pola
 Bak instrumen yang berisi:
- 1 pasang hand schoen steril tanpa bedak
- Kasa steril/doek
- Kom steril
 Batang Norplant (6 buah) dalam kantong
 Kom berisi cairan betadin
 Anastesi lokal konsentrasi 1%
 Semprit 5 cc dan jarum no. 22
 Trokar no.10
 Skapel no. 11/15
 Klem lengkung dan lurus (mosquito dan cirle)
 Plaster/band aid
 Klem penjepit
 Pinset
 Bengkok
 Larutan chlorin 0,5%
 Sabun dan handuk tangan
c. Persiapan Pasien
Sebelum mencabut kapsul, ajak klien berbicara tentang alasannya ingin mencabut dan jawab semua pertanyaannya. Terangkan secara ringkar proses pencabutan dan apa yang diharapkan selan=ma dan sesudah pencabutan.


2. Kunci keberhasilan Pencabutan
a. Pencabutan yang mudah tergantung dari pemasangan.
b. Raba tempat pencabutan untuk menentukan lokasi.
c. Kapsul yang pertama di cabut adalah kapsul yang paling dekat dengan luka insisi.

3. Persiapan Sebelum Tindakan
a. Langkah 1: persilahkan klien untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
b. Langkah 2: tutup tempat tidur klien.
c. Langkah 3: persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan diletakkan diatas meja/penyangga.
d. Langkah 4: raba keenam kapsul untuk menentukan lokasinya.
e. Langkah 5: pastikan posisi setiapkapsul dengan membuat tanda pada kesua ujung. Setiap kapsul.
f. Langkah 6: siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di dalamnya.
.
4. Tindakan Sebelum Pencabutan
a. Langkah 1: cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
b. Langkah 2: pakai sarung tangan steril atau DTT tanpa bedak.
c. Langkah 3: Atur alat-alat dan bahan-bahan sehingga mudah mencapainya, hitung kapsul untuk memastikan jumlahnya.
d. Langkah 4: Persiapkan tepat insisi dengan larutan antiseptic, gunakan klem steril atau DTT untuk memegang kasa berantiseptik. Mulai mengusai dari tempat yang akan dilakukan insisi kea rah luar dengan gerakan melingkar dan biarkan kering sekitar 2 menit.
e. Langkah 5: gunakan doek yang mempunyai lubang untuk menutupi lengan.
f. Langkah 6: sekali lagi raba untuk menentukan lokasinya.
g. Langkah 7: setelah memastikan dari anamnesis tidak ada alergi terhadap obat anastesi, maka isi alat suntik dengan 3 ml obat anastesi (1% tanpa epinefrin).

5. Tindakan Pencabutan Kapsul
a. Langkah 1: tentukan lokasi insisi.
b. Langkah 2: pada lokasi yang sudah dipilih buat insisi.
c. Langkah 3: Mulai dengan mencabuut kapsul.
d. Langkah 4: Dorong ujung kapsul kea rah insisi.
e. Langkah 4a: masukkan klem lengkung melalui luka insisi dengan lengkungan jepitan berada di bawah ujung kapsul.
f. Langkah 4b: dorong ujung kapsul sedekat mungkin pada luka insisi.
g. Langkah 5: Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul.
h. Langkah 6: Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem kedua.
i. Langkah 7: Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut.

6. Tindakan Setelah Pencabutan kapsul
a. Menutup luka insisi dengan menggunakan band aid, luka insisi tidak perlu dijahit karena dapat menimbulkan jaringan parut.
b. Perawatan klien: buat catatan rekam medik dan amati kemungkinan adanya perdarahan selama 15-20 menit.

Hand Out Keluarga Berencana Alamiah

I. Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
A. Pengertian
Istilah keluarga berencana alami (natural family planning, NFP) menggambarkan metode perencanaan atau pencegahan kehamilan berdasarkan pantang berkala (periodic abstinance). NFP menggambarkan semua metode yang digunakan pasangan untuk mencapai, mencegah atau mengatur jarak kehamilan berdasarkan pemahaman mereka tentang fertilitas dan pengaturan waktu senggama.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan keluarga berencana alami sebagai: Dalam definisi keluarga berencana alami yang digunakan, pantang hubungan seksual selama fase subur siklus menstruasi, dan praktek hubungan seksual dilakukan setelah fase ini selesai. 
Pasangan secara sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu (ketika ibu tersebut dapat menjadi hamil), atau senggama pada masa subur untuk mencapai kehamilan. Metode keluarga berencana alamiah berdasarkan kesadaran penuh dari sikllus reproduksi ibu tersebut.

B. Macam-macam KBA
1. Metode Kalender (Ogino-Knaus)
Penelitian yang dilakukan pada tahun 1930-an telah membuahkan metode terkini keluarga berencana alami, yakni metode “ritmik”, yang dikenal sebagai metode kalender. Metode tersebut berdasarkan temuan bahwa ovulasi terjadi pada suatu hari tertentu, kurang lebih 14 hari sebelum periode menstruasi. Berdasarkan temuan ini, masa subur seorang wanita dapat ditentukan.
Kyusaku Ogino (Jepang) : ovulasi umumnya terjadi pada hari ke 15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan datang.  
Herman Knaus (Austria) : ovulasi selalu terjadi pada hari ke 15 sebelum haid yang akan datang
Problem terbesar dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari.
Metode ini banyak keterbatasan karena panjang siklus menstruasi. Oleh karena siklus menstruasi yang cukup teratur sangat diperlukan untuk perkiraan waktu ovulasi yang dapat diandalkan, wanita dengan kondisi berikut tidak dapat bergantung pada metode kalender. Wanita yang memiliki siklus menstruasi lebih pendek dari 25 hari, wanita yang siklus menstruasinya tidak teratur, wanita yang memiliki variasi waktu 8 hari atau lebih, wanita yang berada pada masa nifas, wanita yang sedang menyusui dan wanita yang berada pada masa perimenopause.
Metode kalender kanya dapat memprediksi kapan masa subur seorang wanita dalam siklus menstruasinya sehingga kemungkinan besar bisa hamil. Perkiraan ini didasarkan pada waktu ovulasi seperti yang ditetapkan berdasarkan perhitungan kalender, yang dibuat dari riwayat menstruasi selama 8 sampai 12 siklus menstruasi. Individu wanita harus tetap mencatat siklus menstruasinya untuk mengidentifikasi siklus terlama dan siklus terpendek sehingga semua kemungkinan hari-hari subur dapat ditentukan. Perhitungan yang digunakan saat ini memiliki faktor variasi ± 2 hari di sekitar 14 hari sebelum masa menstruasi berikutnya, dua sampai tiga hari bagi sperma untuk dapat bertahan hidup sehingga jumlah keseluruhan untuk bertahan hidup adalah 9 hari, sedangkan ovum hidup selama 24 jam.
Wanita dapat mengurangi 18 hari dari panjang siklus terpendeknya untuk menentukan masa subur yang pertama dan 11 hari dari lama siklus menstruasi terpanjang untuk menentukan masa suburnya yang terakhir. Pasangan kemudian tisak melakukan hubungan seksual selama masa subur yang telah diperkirakan guna mencegah konsepsi.
Dalam menentukan masa subur maka diperlukan catatan siklus haid 8 bulan atau lebih, maka:








2. Metode Suhu Basal Badan (Thermal)
Ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan mengukur suhu badan secara teliti dengan thermometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0 0C untuk mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil suhu tubuh.
Peninggian suhu basal badan sebanyak 0,2-0,5 0C pada waktu ovulasi, peninggian suhu basal badan mulai 1-2 hari setelah ovulasi, dan disebabkan oleh peninggian kadar hormon progesterone yang dihasilkan korpus luteum.
Masa subur sejak ovulasi sampai fase pascaovulasi selama siklus menstruasi dapat ditentukan dengan memperkirakan bahwa masa subur terus berlanjut sampai terdapatr peningkatan yang tetap atau keadaan suhu yang tetap selama 3 hari atau setelah 5 hari peningkatan yang progresif. Hari-hari tidak subur mulai muncul dan berlanjut sampai terjadinya menstruasi. Metode suhu basal itu sendiri hanya berfungsi untuk menentukan kapan ovulasi terjadi dan mengidentifikasi hari-hari subur setelah ovulasi. Metode ini tidak dapat memperkirakan waktu terjadinya ovulasi atau menentukan hari-hari subur setelah ovulasi dan hari-hari tidak subur setelah ovulasi.

Teknik Metode Suhu Basal Badan:
a. Umumnya digunakan thermometer khusus dengan kalibrasi yang diperbesar (basal thermometer).
b. Waktu pengukuran harus pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur nyenyak sekiranya 3-5 jam serta masih dalam keadaan istirahat mutlak.
c. Pengukuran dilakukan secara:
 Oral (3 menit)
 Rektal (1 menit), ini cara terbaik
 Vaginal

Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu basal badan:
a. Influensa atau infeksi traktus respiratorius lain.
b. Infeksi/penyakit lain yang meninggikan suhu badan.
c. Inflamasi lokal lidah, mulut atau daerah anus.
d. Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk.
e. Jam tidur ireguler.
f. Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu basal badan.
g. Pemakaian selimut elektris.
h. Kegagalan membaca thermometer dengan tepat.

Macam-macam Peninggian Suhu Basal Badan:
a. Peninggian suhu yang mendadak (abrupt).
b. Peninggian suhu yang perlahan-lahan (gradual).
c. Peninggian suhu yang bertingkat, umumnya didahului penurunan suhu yang cukup tajam.
d. Peninggian suhu seperti “gigi gergaji”.

3. Metode Lendir Serviks ( Metode Ovulasi Billings, MOB)
Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi, yang menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu fertilitas maksimal dalam masa subur.
Perubahan lendir serviks selama sikllus menstruasi merupakan akibat pengaruh estrogen. Saat kedua ovarium berada dalam keadaan diam, akan terlihat jumlah estrogen dan progesteron menurun, hasilnya adalah ketiadaan sensasi atau lendir pada vulva.
Pada metode MOB, mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina, pengamatan sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam hari. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
 
Untuk menggunakan metode MOB ini, seorang wanita harus belajar mengenali pula kesuburan dan pula dasar ke tidaksuburannya. Untuk menghindari kekeliruan dan untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar, pasangan diminta secara penuh tidak bersenggama pada satu siklus haid, untuk mengenali pula kesuburan dan pula ketidaksuburan.
Pula kesuburan adalah pola yang terus berubah, dan pula dasar ketidaksuburan adalah pola yang sama sekali tidak berubah dari hari ke hari. Kedua pola ini mengikuti kegiatan hormon-hormon (khususnya estrogen dan progesteron) yang mengontrol daya tahan hidup sperma dan pembuahan. Oleh karena itu, dapat memberi informasi yang dapat diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan.
Suatu catatan yang sederhana dan tepat adalah kunci untuk keberhasilan. Suatu rangkaian kode digunakan untuk melenngkapi catatan. Kode ini harus cocok dengan budaya lokal dan dapat digunakan oleh pengguna KBA secara luas. Contoh berikut adalah tabel pencatatan kode siklus normal (teratur) biasa, berkisar 28 hari dan siklus normal (teratur) berkisar 20-25 hari.

 
Definisi:
a. Hari-hari kering: setelah darah haid bersih, kebanyakan ibu mempunyai 1 sampai beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering, ini dinamakan hari-hari kering.
b. Hari-hari subur: ketika terobsesi adanya lendir sebelum ovulasi, ibu dianggap subur, ketika terlihat adanya lendir, walaupun jenis lendir yang kental dan lengket. Lendir subur yang basah dan licin mungkin sudah ada di serviks dan hari subur dimulai.
c. Hari puncak: adalah hari terakhir adanya lendir licin, mulur dan ada perasaan basah.

Peranan Lendir Serviks
Lendir serviks yang diatur oleh hormon estrogen dan progesteron ikut berperan dalam reproduksi. Pada setiap siklus haid diproduksi 2 macam lendir serviks oleh sel-sel serviks, yaitu:
a. Lendir type E (Estrogenik)
 Di produksi pada fase akhir pra ovulasi dan fase ovulasi
 Sifat-sifat:
 Banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas rendah
 Spinnbarkeit (elastisitas) besar. Spinnbarkeit= sampai seberapa jauh lendir dapat dapat diregangkan sebelum putus.
 Bila dikeringkan terjadi bentuk seperti daun pakis (fernlike pattern, ferning, arborization).
 Spermatozoa dapat “menembus” lendir ini.

b. Lendir type G (Gestagenik)
 Diproduksi oleh fase awal pra ovulasi dan setelah ovulasi.
 Sifat-sifat:
 Kental
 Viskositas tinggi
 Keruh (opaque)
 Dibuat karena peninggian kadar progesteron
 Spermatozoa tidak dapat menembus lendir ini.
 
 
 

4. Metode Symto-Termal
Metode symto-termal menggunakan semua tanda dan gejala sejak munculnya ovulasi. Dengan demikian, metode ini dilakukan dengan mengamati perubahan lendir dan perubahan suhu basal tubuh dan menambahkan indikator ovulasi yang lain.
Ibu harus mendapat instruksi untuk metode lendir serviks dan suhu basal. Ibu dapat menentukan masa subur ibu dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks.

Tanda dan gejala menjelang ovulasi diantaranya:
a. Mittelschmersz. Nyeri dipertengahan siklus memunculkan sejumlah tanda dan gejala, seperti:
 Nyeri yang terasa di pinggir tengah abdomen bawah dan diakibatkan folikel yang ruptur.
 Bercak darah atau perdarahan yang banyak.
 Nyeri bagian bawah atau nyeri yang menyebar.
 Nyeri tekan menyeluruh pada abdomen tengah bagian bawah dan area pelvik.
b. Peningkatan hasrat seksual (libido).
c. Perubahan suasana hati.
d. Gambaran pakis lendir serviks.
e. Perubahan serviks.
f. Payudara yang menegang dan nyeri ketika di tekan.

Cara lain untuk menentukan waktu ovulasi adalah biopsi endometrium, pemeriksaan hormon dalam urin atau darah, dan ultrasonografi ovarium.

 
Gambar Metode Symto-termal

 
Bagan untuk mencatat hasil pengamatan suhu

C. Kontra Indikasi KBA
Umumnya merupakan kontraindikasi relatif, yaitu:
a. Sikluls haid yang tidak teratur.
b. Riwayat siklus haid yang an-ovulatori.
c. Kurve suhu badan yang tidak teratur.

D. Komplikasi KBA
Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan


E. Keuntungan Non-Kontraseptif KBA
a. Meningkatkan keterlibatan suami dalam KB.
b. Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh pasutri.
c. Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan komunikasi antar pasutri.

F. Keuntungan Kontrasepsi KBA
a. Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan.
b. Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
c. Tidak ada efek samping sistemik.
d. Murah atau tanpa biaya.

G. Keterbatasan
a. Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi.
b. Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan KBA.
c. Dibutuhkian pelatih/guru.

H. Yang dapat Menggunakan KBA
a. Semua perempuan selama reproduksi
b. Perempuan gemuk/kurus
c. Perempuan yang merokok
d. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu
e. Pasangan yang dari segi umur dan paritas
f. Perempuan sebelum mendapatkan haid.
g. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalnya.






II. Senggama Terputus
A. Pengertian
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.

B. Keuntungan
1. Kontrasepsi
 Efektif bila digunakan dengan benar.
 Tidak mengganggu produksi ASI.
 Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
 Tidak ada efek sampingnya
 Dapat digunakan setiap waktu
 Tidak membutuhkan biaya.

2. Nonkontrasepsi
 Meningkatkan keterlibatan suami istri dalam KB.
 Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam.

C. Keterbatasan
1. efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya.
2. efektivitas jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis.
3. Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual.

D. Kontra Indikasi
1. Ejakulasi prematur pada pria.
2. Suami yang sulit untuk melakukan senggama terputus.
3. Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.
4. Ibu yang mempunyai pasangan yang sulit kerjasama.
5. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.
6. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.

SAP Keluarga Berencana Alamiah

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN


Mata Kuliah               : Pelayanan Keluarga Berencana
Kode Mata Kuliah     : BD. 308
Beban Study              : 3 SKS (T1, P3)
Pokok Bahasan          : Metode Sederhana Tanpa Alat
Sub Pokok Bahasan  : 1. Keluarga Berencana Alamiah
                                       2. Senggama Terputus
Hari/Tanggal             : Jumat, 13 Maret 2009
Waktu                         : 90 Menit
Sasaran                       : Mahasiswa Akbid Semester IV
Dosen                          : Diani Maryani, AM. Keb

I. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
    Setelah mendapatkan perkuliahan diharapkan mahasiswa memahami dan dapat memberikan pelayanan keluarga berencana dengan metode sederhana tanpa alat.

II. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
     Diharapkan mahasiswa mampu:
      1. Menjelaskan pengertian dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama  terputus.
     2. Menjelaskan macam-macam dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.
     3. Menjelaskan cara kerja dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.
    4. Menjelaskan manfaat dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.
    5. Menjelaskan keterbatasan dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.

III. Materi
      1. Pengertian dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.
      2. Macam-macam dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.
      3. Cara kerja dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.
      4. Manfaat dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.
      5. Keterbatasan dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.

IV. Metode
      Ceramah dan tanya jawab

V. Media
     Media yang digunakan antara lain:
     1. Laptop
     2. LCD
     3. White board
     4. Spidol
     5. Absensi siswa
     6. Hand out

VI. Strategi Pembelajaran
      No. Uraian Pembelajaran                            
      1.    Pembukaan:
             a. Mengucapkan salam
             b. Memperkenalkan diri
             c. Memeriksa absensi
             d. Pengelolaan kelas
             e. Menyampaikan topik pembahasan perkuliahan
             f. Menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai mahasiswa.
             g. Kontrak waktu Ceramah Absensi 10 menit
         2. Penyajian Materi:
             a. Pengertian dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.
             b. Macam-macam dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.
             c. Cara kerja dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.
            d. Manfaat dari dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.
            e. Keterbatasan dari Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dan senggama terputus.
       3. Penutup:
          a. Menyimpulkan materi perkuliahan hari ini bersama mahasiswa.
          b. Melakukan evaluasi
          c. Memberi salam Tanya jawab 20 menit

VII. Evaluasi
        Pertanyaan diberikan secara lisan:
        1. Apa yang anda ketahui tentang Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)?
        2. Apa yang anda ketahui tentang senggama terputus?
        3. Sebutkan macam-macam KBA!

Jawaban:
 1. Metode keluarga berencana alami (natural family planning, NFP) menggambarkan metode perencanaan ataupencegahan kehamilan berdasarkan pantang berkala (periodic abstinence). NFP menggambarkan semua metode yang digunakan pasangan untuk mencapai, mencegah atau mengatur jarak kehamilan berdasarkan pemahaman mereka tentang fertilitas dan pengaturan waktu senggama.
2. Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
3. Metode kalender, metode suhu tubuh basal (STB), metode lendir serviks (Billings), dan metode simtothermal (STB + Billings)

VIII. Sumber Pustaka
         1. Editor, Abdul Bari Saifuddin, Biran Affandi, Enriquiuto R. Lu. Edisi I Cetakan Ke 2 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2003
        2. Varney, Heley, dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta, EGC, 2006
        3. Hanafi, Hartanto. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004

58 langkah APN

58 Langkah APN

I. TANDA & GEJALA K-II

1. Dor - ran 
    Tek – nus
    Per – jol
    Vul – ka

II. SIAP ALAT / SIAP DIRI

2. Partus Set 
     Wadah DTT
     Luar
     Ibu 
     Bayi
3. Celemek
4. Cuci Tangan
5. Sarung Tangan
6. Oksi ( ½ Kocher )


III. PASTIKAN O LENGKAP
   

7. Bersih
8. P . D.
9. Celup
10. DJJ

IV. SIAP IBU & KEL
   
11. Ibu
12. Keluarga
13. His + Pimpin
                Puji
      His – Istirahat
                Minum
                DJJ

V. SIAP TOLONG
   

14. Posisi ibu
15. Handuk
16. Bokong
17. Buka
18. Sarung  


VI. TOLONG

KEPALA : 19. Lindungi
                   20. Check
                   21. Tunggu

BAHU : 22. Biparietal
BADAN : 23. Sangga
                 24. Susur

VII. PENANGANAN BAYI

 25. Nilai / Letak  
 26. Kering / Ganti 

OKSI : 27. Fundus              30. Klem

             28. Beritahu            31. Potong / Ikat

              29. Suntik               32. Kontak Kulit

                                               33. Selimuti

VIII. MAK III
 
PTT : 34. Pindah Placenta : 37. Tarik
 35. Posisi 38. Putar 
 36. Tegang Masase :39. Fundus

IX. PERDARAHAN

40. Placenta
41. Robekan

X. PASCA PERSALINAN

2                                      42. Cuci
42-43                              43. Tonus
2 ( setelah i jam )           44. Timbang / vit K
44-45                               45. Hepatitis B Ka

EVAL : 5                          46. Kontraksi
46-50                               47. Ajarkan 
                                          48. Pendarahan
                                          49. Nadi 
                                          50. TTV bayi

BERSIH / AMAN : 7       51. Dekont. Alat 
51-57                                 52. Buang  
                                           53. Ibu 
                                           54. Nyaman  
                                           55. Dekont. tempat
                                           56. Celup ST
                                           57. Cuci

DOKUMENTASI 58. PARTO